Salah satu hal yang menentukan
keberhasilan GKM selain ketersediaan data yang valid dan penguasaan tool serta metodologi GKM yang benar adalah
bagaimana membentuk kelompok gugus yang efektif. Ketika sebuah kelompok, ditunjuk
untuk melaksanakan suatu aktivitas GKM,
pertanyaan yang selalu diberikan adalah apakah kelompok gugus cukup efektif
untuk memberikan hasil yang diberikan?
Dalam Aktivitas GKM yang anda (
fasilitator ) pimpin, mungkin anda diberikan sumber daya manusia terbaik
di bidangnya, namun apabila anda gagal menyatukan pengetahuan, energi,
semangat, dan mengelola karakter mereka masing-masing, maka usaha anda
bisa berujung pada kesia-siaan,Ketidakberhasilan cita cita GKM. ( keberhasilan
GKM hanya kontemporer saja ).
Pengalaman membuktikan bahwa membentuk
gugus yang sinergi ( antara tujuan gugus,tujuan divisi dan tujuan perusahaan
serta tujuan dari Anggota gugus ) sehingga mampu bekerja secara efektif, bisa
lebih penting dibandingkan penguasaan tentang alat dan
metodologi GKM apalagi masalah penulisan
risalah.
Sampai dengan saat ini, dalam memilih
anggota gugus mungkin kita memilih berdasarkan intuisi atau pengamatan kita
sehari-hari akan kinerja seorang individu, atau bisa juga anggota gugus biasanya
“dibentuk” oleh manajemen dengan harapan agar banyak karyawan yang belajar
metodologi pemecahan masalah.Kan tetapi ada juga gugus yang dibentuk dengan
tanpa pertimbangan “ meng kolaborasi kemampuan individu “
Jika pemilihan anggota gugus adalah
sesuatu yang kritikal, bagaimana menentukan anggota kelompoknya ?
Ada beberapa cara untuk menentukan
anggota gugus, berikut adalah pendekatan dari seorang profesor yang
menghabiskan sembilan tahun penelitiannya atas manajemen tim, Dr. Meredith
Belbin dari University of Cambridge.
Kesimpulan dari penelitian Dr. Belbin,
dengan melihat komposisi peran yang ada dalam sebuah gugus beliau
dapat memprediksi apakah gugus tersebut akan sukses atau gagal. Dasar
penemuannya adalah setiap individu berdasarkan sifat-sifat pribadinya, pasti
mempunyai satu atau lebih “peran yang disukai” . Untuk bisa membentuk tim yang
efektif, seorang Fasilitator harus mampu menyeimbangkan peran dari anggotanya
sehingga kontribusi setiap individu akan maksimal.
Berikut adalah sembilan peran
individu dalam kelompok kerja menurut
Dr. Belbin:- PL – Plant: Kreatif, Imajinatif, Tidak Umum, Menyelesaikan masalah-masalah yang sulit. Kelemahannya : Pelupa
- RI – Resource Investigator: Extrovert, antusias, komunikatif, mencari peluang, mengembangkan kontak. Kelemahannya : terlalu optimis
- CO – Coordinator: Dewasa, percaya diri, pimpinan yang baik. Menentukan sasaran, mendorong pengambilan keputusan, dapat mendelegasikan tugas dengan baik. Kelemahannya : Manipulatif
- SH – Shaper: Menantang, dinamis, tumbuh dalam tekanan. Memiliki tekad dan keberanian dalam menyelesaikan hambatan-hambatan. Kelemahannya : Menyakiti perasaan, provokasi
- ME – Monitor Evaluator: kontrol atas diri sendiri, strategis, dan mampu membuat keputusan. Melihat semua kemungkinan. Menilai secara akurat. Kelemahannya : tidak menginspirasi
- TW – Team Worker: Ko-operatif, sederhana, cepat mengerti, diplomatis. Mendengar, membangun, menghindari friksi, menenangkan riak-riak dalam tim. Kelemahannya : mudah terpengaruh
- IMP – Implementer: Disiplin, dapat diandalkan, konservatif, dan efisien. Mengubah ide menjadi tindakan . Kelemahannya : tidak fleksibel
- CF – Completer Finisher: Teliti, penuh perhatian, tidak sabar. (Mampu) Mencari kesalahan dan kekurangan (pekerjaan). Tepat waktu. Kelemahannya : terlalu khawatir
- SP – Specialist: Berpikiran tunggal, mampu memotivasi sendiri, berdedikasi. Memberikan pengetahuan dan keahlian yang jarang diketahui . Kelemahannya : terlalu spesialis
Plant, Monitor Evaluator, dan adalah
peran yang berorientasi ke pemikiran, sementara Shaper, implementer dan
Complete finisher adalah peran yang orientasinya di tindakan, sedangkan team
worker, resource investigator, dan coordinator lebih berorientasi ke manusia.
Memahami peran masing-masing tim akan membantu tim untuk mengevaluasi diri.
Bagaimana dia berkontribusi positif terhadap efektifitas kerja tim, serta
memahami dan mengisi kelemahan anggota tim yang lain.
Apabila anda sebagai pemimpin GKM
memiliki hak untuk memilih anggota tim, selain kompetensi dan kemampuan
analisa, anda perlu melihat distribusi orientasi peran anggota tim. Namun jika
anggota tim “melalui penunjukkan atasan”, maka tugas anda adalah menutup
kelemahan terbesar dari tim yang Anda pegang.
Ref erensi : Lean Six Sigma Indonesia
Saya suka sekali materi yang disajikan, masalahnya saat kita melihat keberagaman sifat anggota team yang sudah ada, haruskah disubstitusi dengan orang yang punya sifat yang lain jika tidak tersedia? dan bagaimana alat ukur /uji karakter itu, Tq.
BalasHapusterimakasih Bapak atas sharing pertanyaannya..
Hapuskapan kita men" subtitusi " anggota gugus...? tentu kita harus melihat fase aktivitas GKM kita dulu...apakah kita berada di fase pengenalan,..fase pelatihan...fase pengembangan..fase penguasaan fase kejenuhan...
jika aktivitas GKM kita pada fase pengembangan ( sudah menitik beratkan pada efisiensi nyata )..maka sunstitusi karakter anggota harus dilakukan...akan tetapi jika kita masih berada fase pengenalan mengarah ke penciptaan iklim inovasi ( budaya )...maka lebih baik biarkan saja gugus terbentuk sesuai area dan rekan kerja yang sehati..paling banter kita lakukan penempatan sekretaris untuk masing masing gugus...( tahap awal biasanya kesulitan bikin risalah )
untuk tahu karakter..kita hanya berdasarkan komunikasi sehari hari..kemudian kita simpulkan ( si A karakternya begini,,dan pantas berada di posisi ini..dsb )
begitu pak Hery Supriyanto.semoga bermanfaat