Hampir semua
gugus masih kesulitan ketika harus menentukan factor penyebab dari kategori lingkungan.Yang
terjadi selama ini cenderung mengisi penyebab lingkungan tanpa ada data
pembuktian. Misalnya ; masalah yang akan diselesaikan adalah “afal mie tinggi”
dari sisi lingkungan yang menyebabkan afal mie tinggi adalah “area kerja panas
“ seolah olah ini merupakan pakem penyebab dari kategori lingkungan, dari GKM tahun 2006 sampai sekarang 2012 kategori
lingkungan pada tulang ikan selalu “ area panas “…(tidak salah ) tapi apakah areanya benar benar panas ? suhunya
berapa ? terus bagaimana kejadian di lapangannya sehingga area panas ini
berpengaruh terhadap afal mie tinggi ?..kemudian siapa orangnya yang kepanasan
di area kerja dan mengakibatkan timbul reject product ? Kita harus tahu kejadiannya sehingga area panas
bukan “ dugaan saja / ngikuti pakem“ sebagai penyebab timbulnya reject kalau memang terbukti “it’s ok “ . .( masalahnya factor lingkungan tidak
hanya soal panas..).
Berikut sedikit
materi tentang kategori lingkungan,semoga membuka wawasan kita semua agar tidak
memandang lingkungan hanya dari panasnya area saja yang mungkin dari dulu panasnya
area kerja ya sama seperti panas saat ini
Lingkungan kerja dibagi
menjadi 2 :
-
Lingkungan kerja fisik
-
Lingkungan kerja non fisik
Lingkungan kerja fisik :
- Yaitu semua keadaan yang berbentuk fisik yang
terdapat di area tempat kerja yang dapat mempengaruhi kenerja dan dapat
mengganggu misi perbaikan ( kepala ikan pada fishbone )
-
Lingkungan kerja fisik dibagi 2 kategori yaitu :
a. Lingkungan
yang langsung berhubungan dengan aktivitas pekerjaan misalnya : posisi
kursi,posisi meja,posisi mesin, posisi peralatan dsb
b. Lingkungan
umum yang mempengaruhi aktivitas pekerjaan ,misalnya : temperatur
udara,kelembaban,pencahayaan,kebisingan,getaran mekanis,bau-bauan yang tak
sedap ,warna,keamanan di tempat kerja dsb
.
Untuk dapat
memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap aktivitas kerja,maka langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memperhatikan tingkah laku manusia di area
kerja tersebut yang berpotensi menganggu misi perbaikan ( menurunkan reject ).
Contoh kasus temuan
factor lingkungan di sebuah pabrik permen :
ilustrasi : Area Kerja Pengemasan Permen |
Gugus menjumpai aktivitas karyawan yang
duduk tidak nyaman (saling risih ) disebabkan masing masing karyawan saling beradu
punggung saat memasukkan permen ke sachet. Dimana keringat karyawan satu dengan
keringat karyawan dibelakangnya bisa saling bersentuhan .Sehingga proses
mengisi permen dalam sachet terganggu ( kecepatan isi ) karena selain karyawan
harus memasukkan permen mereka juga memikirkan bagaimana punggung mereka tidak
menempel ke punggung karyawan di belakangnya. Nah dari sini kita bisa lihat perilaku
manusia yang tidak efisien dan setelah diamati ada lingkungan fisik yang salah dari kejadian
ini yaitu lay out kursi terlalu berdekatan karena memang area kerjanya sempit
sehingga Menganggu aktivitas perbaikan yaitu pencapaian kapasitas. Maka Kesimpulan
penyebabnya: area kerja untuk mengisi permen dalam sachet sempit (dibukti kan dengan rekaman video pengamatan
kejadian )
Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan
kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi di tempat kerja yang
berkaitan dengan hubungan kerja baik
dengan atasan,dengan bawahan apalagi dengan sesame rekan kerja.
Jika di area
gugus memang mengalami hal ini yang mengakibatkan komunikasi terhambat sehingga
mengganggu aktivitas pencapaian misi perbaikan maka bisa dipakai sebagai factor
penyebab kategori lingkungan dalam diagram tulang ikan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik,
sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya
ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan
baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal,
sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat
akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, Keadaan lingkungan
yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak
mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang
mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21)
yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan
dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1.
Penerangan/cahaya di tempat kerja
2.
Temperatur/suhu udara di tempat
kerja
3.
Kelembaban di tempat kerja
4.
Sirkulasi udara di tempat kerja
5.
Kebisingan di tempat kerja
6.
Getaran mekanis di tempat kerja
7.
Bau tidak sedap ditempat kerja
8.
Tata warna di tempat kerja
9.
Dekorasi di tempat kerja
10.
Musik di tempat kerja
11.
Keamanan di tempat kerja
Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor tersebut dikaitkan
dengan kemampuan manusia, yaitu :
1. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan
guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu
diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan.
Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami
kesalahan, dan pada skhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan
pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.
Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat yaitu :
·
Cahaya langsung
·
Cahaya setengah langsung
·
Cahaya tidak langsung
·
Cahaya setengah tidak langsung
2. Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan
normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk
menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih
dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur
luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi
dingin, dari keadaan normal tubuh.
Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur
akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi
setiap karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung
di daerah bagaimana karyawan dapat hidup.
3. Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara,
biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi
oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban,
kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan
panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan
kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara
besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya
denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar
panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
4. Sirkulasi Udara di Tempat
Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup
untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di
sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut
telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di
sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah
manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan
pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja,
keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan
segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah
bekerja.
5. Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk
mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh
telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut
dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa
menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara
bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan
efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang
bisa menentuikan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
·
Lamanya kebisingan
·
Intensitas kebisingan
·
Frekwensi kebisingan
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin
buruk akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
6. Getaran Mekanis di Tempat
Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat
mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat
menggangu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam
intensitas maupun frekwensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam
tubuh terdapat apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari
getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
1.
Kosentrasi bekerja
2.
Datangnya kelelahan
3.
Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya
karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan
lain,lain.
7. Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap
sebagai pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan
yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian
“air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
8. Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan
direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat
dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna
mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna
kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat
warna dapat merangsang perasaan manusia.
9. Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena
itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi
berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan
lainnya untuk bekerja.
10. Musik di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan
suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk
bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk
dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di
tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
11. Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam
keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya
untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas
Keamanan (SATPAM).
(reff: Buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja; Prof.DR.Hj
Sedarmayanti MPd,APU)
www.kusdianto_tps@yahoo.co.id