Seperti yang diutarakan Bp Jarot Wisnugroho kepala Man U-1 pada saat maklumat mutu,bahwa perkembangan usaha di tempat kita khususnya mie kering sudah banyak diikuti perusahaan perusahaan lain atau istilah pasarnya “ Kue sudah Terbagi “.
Dulu saat kita belum banyak pesaing/competitor,penjualan produk kita sangat bagus akan tetapi semakin lama semakin banyak pesaing yang merebut pasar yang dulu pernah kita kuasai.
Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan yang sangat tajam terjadi baik di pasar domestik maupun di pasar internasional/global. Agar perusahaan dapat berkembang dan paling tidak bisa bertahan hidup, perusahaan harus mampu menghasilkan produk barang dan jasa dengan mutu yang lebih baik, harganya lebih murah, promosi lebih efektif, penyerahan barang ke konsumen lebih cepat, dan dengan pelayanan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan para pesaingnya.
Kondisi demikian mempunyai arti, bahwa perusahaan yang akan memenangkan persaingan dalam segmen pasar yang telah dipilih harus mampu mencapai tingkat mutu, bukan hanya mutu produknya, akan tetapi mutu ditinjau dari segala aspek, seperti mutu bahan mentah dan pemasok harus bagus (bahan baku yang jelek akan menghasilkan produk yang jelek pula), mutu sumber daya manusia (tenaga kerja) yang mampu bekerja secara efisien sehingga harga produk bisa lebih murah dari pada harga pesaingnya, promosi yang efektif (bermutu), sehingga mampu memikat para pembeli sehingga pada gilirannya akan meningkatkan jumlah pembeli. Mutu distribusi yang mampu menyerahkan produk sesuai dengan waktu yang dikehendaki oleh pembeli, serta mutu karyawan yang mampu melayani pembeli dengan memuaskan. Inilah yang dimaksud mutu terpadu secara menyeluruh (total quality).
Banyak perusahaan Jepang yang memperoleh sukses global, karena memasarkan produk yang sangat bermutu. Bagi perusahaan/organisasi ingin mengikuti perlombaan bersaing untuk meraih laba/manfaat tidak ada jalan lain kecuali harus menerapkan Total Quality Management. Philip Kolter (1994) mengatakan : “Quality is our best assurance of custemer allegiance, our strongest defence against foreign competition and the only path to sustair growth and earnings”.
Ada hubungan yang erat antara mutu produk (barang dan jasa), kepuasan pelanggan, dan laba perusahaan. Makin tinggi mutu suatu produk, makin tinggi pula kepuasan pelanggan dan pada waktu yang bersamaan akan mendukung harga yang tinggi dan seringkali biaya rendah. Oleh karena itu program perbaikan mutu bertujuan menaikkan laba. Dari penelitian membuktikan ada korelasi yang kuat antara mutu dengan laba yang dapat diraih oleh perusahaan.
Dalam hal ini komite GKM ingin mengajak semua teman teman untuk membentuk kembali kelompok Gugus Kendali Mutu dengan menitikberatkan pada perbaikan mutu serta memegang teguh Filosofi GKM sesungguhnya. GKM bukan kegiatan yang menambah beban,GKM bukan lomba karya cipta lagu YEL-YEL,GKM bukan lomba drama yang melihat rating banyaknya penonton,GKM bukan genjrang genjreng ketawa ketiwi…GKM lomba mengarang …tapi GKM adalah metode pemecahan masalah secara bersama sama dengan panduan Plan Do Check Action…dan GKM bukan untuk dipertandingkan karena selesai langkah 7 berarti anda sudah JUARA…
Tokoh tokoh dalam bidang Mutu:
F.W. Taylor (1856-1915) Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk pekerjaan manual, memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” (The Farther of Scientific Management).
Shewhart (1891-1967) Adalah seorang ahli statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama periode 1920-1930. Dalam bukunya “The Economic Control of Quality Manufactured Products”, merupakan suatu kontribusi yang menonjol dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat dimengerti melalui penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan untuk membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak. Penemuan Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, dimana kedua sarjana ini ahli dalam bidang statistik.
Edward Deming .Lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D pada 1972 sangat menyadari bahwa ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada para insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Katanya : “Quality is not determined on the shop floor but in the executive suite”. Pada 1950, beliau diundang oleh, “The Union to Japanese Scientists and Engineers (JUSE)” untuk memberikan ceramah tentang mutu
Prof Juran. Mengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di Jepang Juran membantu pimpinan Jepang di dalam menstrukturisasi industri sehingga mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu Jepang untuk mempraktekkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk pabrik ke dalam suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu “management process” yang terpadu. Juran mendemonstrasikan tiga proses manajerial untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang dikenal dengan trilogy Juran yaitu, Finance Planning, Financial control, financial improvement.
Jika mau menilik sejarah,.pasca perang dunia ke dunia Jepang terpuruk ,lalu berkat kolaborasi Edward Deming dan Prof Juran yang mengajarkan tentang kegiatan mutu dan disanalah cikal bakal GKM maka Jepang menjadi seperti apa yang selalu kita dengar saat ini. Jepang maju dalam tehnologi,sumber dayanya hebat hebat….dst. Jepang menerapkan QCC atau GKM sekitar tahun 1961…sampai sekarang terus berkembang jumlahnya dan berkembang metodologi pemecahan masalahnya..Itu berarti..GKM bukan aktifitas ceng ceng po !!..tapi aktifitas besar dalam ilmu manajemen bisnis…untuk itu Mari Lestarikan Budaya GKM di Man U-1.