Jumat, 08 Juni 2012

Langkah 2 GKM : Faktor Lingkungan Dalam Diagram Tulang Ikan ( fish Bone )


Hampir semua gugus masih kesulitan ketika harus menentukan factor penyebab dari kategori lingkungan.Yang terjadi selama ini cenderung mengisi penyebab lingkungan tanpa ada data pembuktian. Misalnya ; masalah yang akan diselesaikan adalah “afal mie tinggi” dari sisi lingkungan yang menyebabkan afal mie tinggi adalah “area kerja panas “ seolah olah ini merupakan pakem penyebab dari kategori lingkungan, dari GKM tahun 2006 sampai sekarang 2012 kategori lingkungan pada tulang ikan selalu “ area panas “…(tidak salah ) tapi apakah areanya benar benar panas ? suhunya berapa ? terus bagaimana kejadian di lapangannya sehingga area panas ini berpengaruh terhadap afal mie tinggi ?..kemudian siapa orangnya yang kepanasan di area kerja dan mengakibatkan timbul reject product ? Kita harus tahu kejadiannya sehingga area panas bukan “ dugaan saja / ngikuti pakem“ sebagai penyebab timbulnya reject  kalau memang terbukti “it’s ok “ . .( masalahnya factor lingkungan tidak hanya soal panas..).
Berikut sedikit materi tentang kategori lingkungan,semoga membuka wawasan kita semua agar tidak memandang lingkungan hanya dari panasnya area saja yang mungkin dari dulu panasnya area kerja ya sama seperti panas saat ini

            Lingkungan kerja dibagi menjadi 2 :
-          Lingkungan kerja fisik
-          Lingkungan kerja non fisik

Lingkungan kerja fisik :
-    Yaitu semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat di area tempat kerja yang dapat mempengaruhi kenerja dan dapat mengganggu misi perbaikan ( kepala ikan pada fishbone )
-          Lingkungan kerja fisik dibagi 2 kategori yaitu :

a.  Lingkungan yang langsung berhubungan dengan aktivitas pekerjaan misalnya : posisi kursi,posisi meja,posisi mesin, posisi peralatan dsb
b. Lingkungan umum yang mempengaruhi aktivitas pekerjaan ,misalnya : temperatur udara,kelembaban,pencahayaan,kebisingan,getaran mekanis,bau-bauan yang tak sedap ,warna,keamanan di tempat kerja  dsb
.
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap aktivitas kerja,maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperhatikan tingkah laku manusia di area kerja tersebut yang berpotensi menganggu misi perbaikan ( menurunkan reject ).
Contoh kasus temuan factor lingkungan di sebuah pabrik permen :
ilustrasi : Area Kerja Pengemasan Permen

Gugus menjumpai aktivitas karyawan yang duduk tidak nyaman (saling risih ) disebabkan masing masing karyawan saling beradu punggung saat memasukkan permen ke  sachet. Dimana keringat karyawan satu dengan keringat karyawan dibelakangnya bisa saling bersentuhan .Sehingga proses mengisi permen dalam sachet terganggu ( kecepatan isi ) karena selain karyawan harus memasukkan permen mereka juga memikirkan bagaimana punggung mereka tidak menempel ke punggung karyawan di belakangnya. Nah dari sini kita bisa lihat perilaku manusia yang tidak efisien dan setelah diamati  ada lingkungan fisik yang salah dari kejadian ini yaitu lay out kursi terlalu berdekatan karena memang area kerjanya sempit sehingga Menganggu aktivitas perbaikan yaitu pencapaian kapasitas. Maka Kesimpulan penyebabnya: area kerja untuk mengisi permen dalam  sachet  sempit (dibukti kan dengan rekaman video pengamatan kejadian )

Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi di tempat kerja yang berkaitan  dengan hubungan kerja baik dengan atasan,dengan bawahan apalagi dengan sesame rekan kerja.
Jika di area gugus memang mengalami hal ini yang mengakibatkan komunikasi terhambat sehingga mengganggu aktivitas pencapaian misi perbaikan maka bisa dipakai sebagai factor penyebab kategori lingkungan dalam diagram tulang ikan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang          optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, Keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1.       Penerangan/cahaya di tempat kerja
2.       Temperatur/suhu udara di tempat kerja
3.       Kelembaban di tempat kerja
4.       Sirkulasi udara di tempat kerja
5.       Kebisingan di tempat kerja
6.       Getaran mekanis di tempat kerja
7.       Bau tidak sedap ditempat kerja
8.       Tata warna di tempat kerja
9.       Dekorasi di tempat kerja
10.   Musik di tempat kerja
11.   Keamanan di tempat kerja
Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor tersebut dikaitkan dengan kemampuan manusia, yaitu :
1.  Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada skhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.
Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat yaitu :
·          Cahaya langsung
·         Cahaya setengah langsung
·         Cahaya tidak langsung
·         Cahaya setengah tidak langsung
2.  Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih  dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan dapat hidup.
3.      Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia  pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
4.      Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar dikatakan kotor  apabila kadar oksigen,  dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
5.      Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa menentuikan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
·         Lamanya kebisingan
·         Intensitas kebisingan
·         Frekwensi kebisingan
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
6.      Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun frekwensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
1.       Kosentrasi bekerja
2.       Datangnya kelelahan
3.       Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain,lain.
7.      Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
8.      Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia.
9.      Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja.
10.     Musik di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
11.     Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).
 (reff: Buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja; Prof.DR.Hj Sedarmayanti MPd,APU)

www.kusdianto_tps@yahoo.co.id

Minggu, 27 Mei 2012

Kesulitan di Langkah 2 GKM Menganalisa Penyebab


1.       Banyak gugus yang masih belum pas dalam menentukan penyebab dari permasalahan ( duri ikan ) yang ditampilkan tidak berhubungan jelas dengan akibat ( kepala ikan )alias tidak nyambung.Padahal salah satu kriteria penilaian GKM dan salah satu syarat keberhasilan perbaikan adalah penyebab yang disimpulkan adalah penyebab yang berpengaruh terhadap akibat yang akan ditanggulangi.
Contoh misalnya : pada kategori mesin
riject plastic pengemas di mesin packing tinggi “( akibat / kepala ikan ) penyebabnya “ merk mesin tidak sama “
Hal ini terjadi karena memang melihat lapangan bahwa mesin yang merknya berbeda beda ini membuat bingung menyimpulkan penanganan terhadap reject yang terjadi.Tapi bukan berarti perbedaan merk ini yang jadi penyebab riject tinggi. Yang harusnya dicari adalah apa yang tidak berfungsi dengan baik dari fisik  alat/mesin yang berpotensi menimbulkan reject pengemas ( mis : as sealer oleng dsb).
2.       Penulisan Penyebab belum pas dengan kategorinya 4M 1L
Panduan yang sudah kita sharingkan adalah :

Kategori manusia :berisi tentang sikap/sifat misalnya kedisiplinan,skill,malas,tanggung jawab,kepedulian dsb

Kategori Mesin    :berisi tentang fisik alat atau mesin / bagian mesin yang dipakai dalam alur proses misalnya computer,endsealer,pisau pemotong

Kategori Metode  :berisi cara dalam menghasilkan proses sesuai alur proses biasanya diawali kata “pe”misalnya pelayanan,pemotongan ,pencetakkan, penurunan, setting,dsb

Kategori Material: berisi tentang material yang diproses dalam alur proses atau kandungan dari sebuah benda misalnya, mie,bihun,biscuit,tepung,pati, kalau di administrasi material bisa sheet/kertas dsb

Kategori Lingkungan: berisi tentang kondisi dalam alur proses misalnya ,jarak,kelembaban,kebisingan,pencahayaan,suhu,situasi kerja ,kebersihan yang menimbulkan akibat pada kepala ikan.

3.       Penulisan kalimat penyebab masih Multi Tafsir ( bisa diartikan bermacam macam atau tidak merujuk ke kepala ikan /akibat yang ditimbulkan ). Misalnya :
Akibat dikepala ikan adalah afal etiket mesin packing tinggi,..penyebabnya adalah “ kualitas etiket jelek
Jelek disini kan bisa diartikan macam macam ,mungkin jelek tampilanya,jelek gambarnya,jelek gulunganya dsb padahal yang akan disampaikan adalah etiket laminasi. Dan kalau dari penyebabnya sudah focus maka penggalian akar masalahnya pun akan focus ke segala sesuatu yang menyebabkan etiket laminasi.
Catatan :  ( afal = barang rusak ) ,(etiket = plastic pengemas )(,laminasi = lapisan mengelupas )

4.       Gugus masih belum pas kapan harus berhenti menggali akar masalah dalam “5 why”,,,karena dianjurkan “why” yang sebanyak banyaknya maka yang terjadi justru keluar dari apa yang sebenarnya mau dicari akar masalahnya. Contoh :
  
Penyebab
Kenapa ?
Hasil sealing end sealer kurang lengket
permukaan endsealer rusak

permukaan end sealer cacat

permukaan end sealer kemasukan benda asing ( kunci L)

saat setting operator tidak disiplin

operator masih baru
        
operator ganti ganti

produksi sering libur

karena jadwal dari PPIC

permintaan manajemen

permintaan marketing

permintaan konsumen


Hasil sealing end seler kurang rapat dikarenakan permintaan konsumen ??!!...
Tentu tidak…..
Bahkan jika diteruskan penggalian masalahnya ini bisa ketemu akar masalah yang sama pada semua kasus yaitu “ Takdir “coba saja jabarkan masalah Anda pasti mentoknya di sudah takdir…
Harusnya kita fokus di permasalahan “Sealing” saja karena kita sedang membahas kesalahan mesin ,jika memang akar masalah selanjutnya ada hubungan dengan kategori lain maka tinggal di garis panah putus putus mengarah ke akar masalah di kategori lain tersebut.
5.       Penggalian masalah berubah rubah pada saat pertemuan pertama ke pertemuan  selanjutnya karena yang datang klinik berbeda personilnya sehingga secara otomatis pendapat yang sudah disimpulkan menjadi berubah sesuai pendapat yang klinik terakhir,apalagi yang datang klinik tidak menguasai masalah sebenarnya misalnya administrasi mengerjakan penggalian akar masalah mesin.kemudian di klinik selanjutnya yang datang mekanik mesin ,maka akar masalahnya tentu berubah.
6.       Penentuan score NGT ( nominal Group Tehnique ) tidak didasari data data yang mendukung sehingga terjadi perbedaan score yang berbanding terbalik diantara anggota tanpa bisa menjelaskan argumentasinya.Hal ini disebabkan pengisian score asal mengisi tanpa melihat kejadian lapangan (bahkan mungkin tidak tahu sama sekali maksud akar masalah di NGT )karena kompleks nya area kerja dari anggota gugus.( gugus tidak dalam satu area kerja sehingga tidak kenal permasalahannya ).Padahal hal ini menentukan perbaikan yang akan direncanakan.parahnya lagi proses score NGT hanya permainan simulasi di excel karena yang mengerjakan hanya 1 orangsedang  anggota yang lain numpang nama saja. ..capek deeehh…
7.       Perbaikan yang akan dilakukan sudah terbayang jelas, tinggal action atau bahkan sudah selesai.Hal ini akan sangat menyulitkan bedah akar masalah karena fokusnya pasti “bagaimana mengarahkan kalimat seolah olah masalah yang terjadi dikarenakan tidak adanya alat yang sudah kita rencanakan untuk kita buat “

Tantangan seperti inilah yang kita temukan di lapangan sehingga kita dari komite khususnya bagian DIKLAT harus mengulang pelajaran per gugus demi merubah cara pandang ber “ aktivitas mutu “  karena yang kita tahu “keberhasilan mutu tidak bisa di dramatisir”
Yang ingin kami samakan persepsi dalam hal ini adalah :
               “ Memaksimalkan Proses GKM ini harus “benar dari Awal” menuju hasil yang sesuai harapan“
Inilah pentingnya lankah 2 dalam Gugus Kendali Mutu
Email : www.kusdianto_tps@yahoo.co.id

Jumat, 25 Mei 2012

Pelaksanaan Langkah 2 pada setiap Gugus



Door To Door GKM Langkah 2 Menganalisa Penyebab :

1.       Catatan penting bahwa dalam bedah tulang ikan ( mencari akar masalah ) kita harus sadari siapa pelanggan dari Gugus kita ..Keberhasilan gugus kita adalah ketika orang orang di wilayah masalah yang sedang kita angkat sebagai tema perbaikan GKM kita, merasa terpuaskan atau termudahkan dalam  proses pekerjaan mereka…kemudahan dari sisi mesin,kemudahan dari sisi lingkungan kemudahan dalam sisi metode dsb…hal ini otomatis akan membaikkan hasil pekerjaannya..dan disini jugalah keberhasilan Gugus kita.
2.       Akar masalah dari tulang ikan didapat dari keterangan orang orang yang terlibat di proses lapangan misalnya tentang trouble mesin : penggalian sebab sebab terjadinya trouble mesin didata dari kesulitan operator mesin yang menjalankan/menangani masalah yang terjadi.Jadi gugus nggak perlu susah susah berpikir apa akar masalahnya ..tinggal Tanya ke operator kok iso..kok iso…lalu tuliskan sebagai data penggalian akar masalah.( bikin tulang ikan di lapangan dengan melihat kejadian langsungnya bukan dimeja pertemuan ).Diperlukan seni bertanya untuk mendapatkan kejujuran atau keaslian apa yang dirasakan orang orang lapangan ( kadang operator malah takut ditanya Tanya akhirnya ngomomngnya yang baik baik saja )
3.       Penggalian akar masalah diarahkan ke pencarian sumber masalah,dengan ingat prinsip brainstorming ( tidak boleh menyalahkan ide ) dan tidak terlalu cepat untuk menyimpulkan.misalnya ruangan kotor karena ada sarang laba laba, penggalian pertanyaannya adalah tentang keberadaan laba labanya bukan langsung disimpulkan butuh IK kebersihan,kalau masalahnya adalah area panas…ya cari sumber panasnya…kalau tidak bias dihilangkan ya di halau…jangan langsung disimpulkan karena kurang kipas..dsb.
4.       Operator/naker baru dianggap berpotensi sebagai masalah, ternyata dengan bedah tulang ikan dilapangan diperoleh kesimpulan lain yaitu justru yang berpotensi jadi akar masalah adalah karena Ka Line / Kepala Regu Lama.
-          Anggapan bahwa Naker baru  bermasalah itu ternyata masih belum bisa dijabarkan apa kesalahan dari naker baru ( semua unit sama bahkan yang sudah diatas 5 bulan masih dianggap naker baru ) contoh : naker baru di biscuit diduga pengganggu pencapaian kapasitas. sekilas memang benar begitu adanya tapi kita juga harus ketahui apa yang salah dengan naker baru..?( biasane jawabnya pokokmen kalau pakai naker baru kapasitas kurang ) ternyata kecepatan pengisian roti ke finger kurang cepat...lalu kita bandingan speed pengisian biscuit ke finger untuk naker lama berapa ? kemudian untuk naker baru berapa ? misalnya naker lama 15 x/menit  memasukkan sedang naker baru hanya 12 x menit  memasukkan biscuit.
-          Dengan membandingkan tersebut ,kita baru tahu parameter kekurang cepatan naker baru dalam pengisian roti (3 x/menit ).dari sini kita coba bedah lagi sebab terjadinya selisih tersebut diatas..kita check bagaimana naker lama memperlakukan biscuit dari mulai mengambil.memegang,membersihkan serpihan sampai memasukkannya ke dalam deretan finger yang berjalan.demikian juga harus kita amati bagaimana naker baru memperlakukan biscuit dengan proses yang sama.
-          Kita cermati perbedaannya, bisa jadi cara memegang biscuit berbeda..kemudian kolaborasi kedua tangan saat mengambil biscuit juga kita cermati.Intinya kita cari perbedaan perlakuannya dan mestinya naker baru diarahkan sesuai cara naker lama melakukan.
-          Dari sini rata rata Gugus belum tahu bagaimana cara memegang biscuit yang benar,membersihkan serpihan biscuit yang benar,bagaimana kolaborasi tangan kanan dan kiri yang benar,dan bagaimana perpaduan pengisian biscuit dengan naker sebelahnya..
-          Yang harus kita lakukan adalah : Lihat naker lama yang kita anggap proses pengisian biskuitnya bagus ,amati dan buat standard sesuai apa yang dilakukan.Kemudian ajarkan pada naker yang kita anggap baru/lemah dengan target sesuai apa yang dicapai oleh naker lama tentunya bertahap.( standard proses seperti ini saja kita belum mengamati apalagi memberikan training ke naker baru )
-          Yang kita perlakukan terhadap naker baru selama ini adalah disuruh nggabung dengan naker lama dengan harapan belajar atau diajari oleh naker lama ,ironisnya naker baru belum tentu diajari malah dimusuhi dan banyak yang menyatakan “ ya..biasanya naker baru di seperti itukan “ kalau mau melihat akar masalahnya sebenarnya ..siapa yang harus membuat standard kerja biar cepat…? siapa yang harus mengajari cara kerja yang cepat ? ……..Ka Line nya..
5.       Dari sisi lingkungan : kita tinggal Tanya pada orang orang sekitar area GKM kita….dilakukan dilapangan ( lingkungan yang mana yang menimbulkan kejadian di kepala ikan ( akibat ).misalnya areanya panas nggak mas ..mbak…terus pengaruh area panas terhadap afal tinggi apa mas ..mbak…dari jawaban teman teman kita yang dilapangan tersebutlah masalah masalah yang harus kita data karena mereka yang mengalami dan mereka pula yang akan menikmati hasil perbaikan kita nantinya.
-          Bahkan di biscuit operator berani njamin tidak akan ada afal tepung di area screw asal Gugus memperbaiki beberapa hal yang dirasa mengganggu pekerjaan operator screw.Dari sini Gugus tidak perlu susah susah cari akar masalah karena semua sudah diinformasikan dari operator yang memang bekerja di area tersebut dan bukan anggota gugus.Dan perbaikan yang diminta semua masuk akal dan bisa dipraktekkan kesulitannya saat itu juga

by : MasKus .www.kusdianto_tps@yahoo.co.id.