Selasa, 12 Juni 2012

Bagaimana Proses Mencari Data Scater Dalam Aktivitas Gugus Kendali Mutu



Banyak terjadi pada beberapa GKM yang menyatakan keberhasilannya menciptakan standar hasil kerja baru hanya pada saat saat penilaian konvensi saja,setelah konvensi GKM selesai selesai juga standar hasil yang diciptakan.Hal ini terjadi karena penyelesaian perbaikan tidak mempertimbangkan factor factor yang berpengaruh terhadap perbaikan yang dilakukan saat penggalian data untuk perencanaan perbaikan. .misalnya kita menciptakan sebuah alat yang bisa menghemat waktu proses atau alat yang bisa menambah kapasitas sedangkan ketika alat tersebut dipasang ternyata mengganggu lingkungan.Alhasil secara skala trial untuk mengisi data scater mungkin fungsi alat tersebut berhasil tapi ketika di aplikasi di lapangan banyak complain sana sini sehingga alat tidak jadi dipakai. Kenapa ?!  karena kesimpulan yang didapatkan dari solusi perbaikan tidak memperhatikan kondisi kondisi lain yang berpengaruh terhadap aplikasi alat yang diciptakan tersebut dan kesimpulan yang didapat tidak melalui tahapan pengamatan kejadian sebenarnya.(solusi sudah ditetapkan dulu/solusi hanya dugaan).
Seperti kita ketahui sebagai pelaku aktivitas Gugus Kendali Mutu,bahwa sudah menjadi target pencapaian kita untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi secara sempurna.Untuk itu sebagai tahapan penentuan penyebab permasalahan yang akan kita selesaikan adalah tahap pencarian data pengaruh dari penyebab yang kita duga dominan (dari NGT Langkah 2 ) agar bisa dipastikan bahwa penyebab tersebut masuk kategori penyebab dominan atau tidak dominan dan kita harus mengetahui seberapa besar prediksi pengaruh penyebab dominan tersebut terhadap keberhasilan misi perbaikan kita ( kalimat di kepala ikan pada fish bone diagram ).
Untuk bisa mengetahui seberapa besar pengaruh serta korelasi antara penyebab yang dianggap dominan terhadap masalah yang akan diselesaikan adalah dengan melakukan pengamatan dari kejadian kejadian sebenarnya dari masing masing penyebab dengan melihat efek yang ditimbulkan terhadap tujuan perbaikan dari gugus, kemudian kita proses dengan tool GKM diagram pencar / diagram scater.
Pengamatan ini adalah sebagian dari tahapan penentuan rencana perbaikan sekaligus sebagai penentuan solusi terhadap masalah yang akan kita selesaikan.Artinya tanpa pengamatan timbulnya masalah, maka akan sulit menentukan ide penyelesaian masalah.Pengamatan yang dilakukan ini harus tepat sesuai penyebab yang akan kita amati,tidak hanya berdasarkan pengalaman saja akan tetapi dilihat dengan benar kejadian masalahnya dan lihat apa saja factor factor yang mempengaruhi timbulnya masalah tersebut sehingga kita bisa menentukan perencanaan perbaikan dengan mempertimbangkan beberapa factor yang berpengaruh selain pada penyebab yang sedang kita amati tersebut.
Contoh :
Sebuah misi perbaikan yaitu “menurunkan biaya listrik dirumah” hal ini jika ditulis di kepala ikan menjadi “ biaya listrik dirumah tinggi “ jika untuk brainstorming maka ditulis “  kenapa biaya listrik di rumah tinggi ?”
Disini akar masalahnya adalah “aktivitas pemakaian air banyak ‘ sehingga biaya listrik di rumah tinggi dan jika akar masalah ini setelah melalui proses NGT (nominal group tehnik ) menjadi akar masalah yang diduga dominan.Tahapan selanjutnya adalah mengujinya dengan diagram scater. Tapi sebelum kita memasukkan data ke diagram scater kita harus melakukan pengamatan data/peristiwa yang terjadi antara banyaknya aktivitas dirumah yang memerlukan air (X ) dengan biaya listrik di rumah ( Y ). Kita harus pastikan dulu segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pemakaian air,misalnya, macam aktivitas pemakaian air,jumlah liter air,waktu yang dipakai untuk aktivitas pemakaian air,pergerakan meteran air (kwh) ,biaya listrik yang harus dibayar dsb yang dirasa berpengaruh terhadap hal tersebut diatas.
Catatan: kita tidak bisa hanya mengamati banyaknya aktivitas pemakaian air saja untuk bisa mengetahui efek terhadap biaya listrik,karena bisa saja terjadi aktivitas pemakaian air banyak tapi biaya listrik tidak tinggi.Contoh data pengamatan :

Dari akar masalah tersebut diatas data “X” nya adalah banyaknya aktivitas pemakaian air,kemudian data “Y” nya adalah biaya listrik. Setelah kita data selama 1 minggu ternyata akar masalah tersebut dominan. Maka untuk menentukan rencana perbaikan kita harus melihat data pengamatan yang berpengaruh terhadap biaya listrik tinggi salah satunya adalah  “jumlah waktu pemakaian pompa air”.Jadi dalam rencana perbaikan ini kita berfokus pada bagaimana caranya agar “waktu pemakaian pompa air ini tidak lama”.
Jika ternyata uji scater tidak dominan..ya tidak usah direncanakan perbaikan,berarti banyaknya aktivitas pemakaian air tidak berpengaruh terhadap biaya listrik, tapi jika anda yakin ini berpengaruh ( apalagi dilihat dari lamanya waktu pemakaian pompa air ),.sedangkan dari scater ternyata tidak berpengaruh,berarti ada kesalahan di bedah tulang ikannya..perlu digali lagi akar akar masalah yang berpengaruh terhadap pompa air di rumah sering hidup.
Dari data tersebut kita bisa merencanakan perbaikan antara lain :
1.       Membuat SOP pemakaian air
2.       Training tentang hubungan pemakaian air dengan biaya listrik
3.       Memasang tendon air yang volume tendon dilihat dari jumlah yang dipakai dalam data pengamatan diatas.( jadi beli tendon nya tidak asal )
4.       Dsb sesuai skill diarea gugus.
Dari macam macam ide tersebut diambil yang paling mewakili agar biaya listrik di rumah turun dan dipastikan akan bisa diaplikasi selamanya sehingga masalah keborosan pemakain listrik akibat pemakaian pompa air terselesaikan dan tidak akan terulang dengan masalah yang sama..
Dan sangat logis jika ada tendon air yang sesuai kebutuhan per hari maka menghidupkan air hanya cukup 1 kali sehingga beban mendadak dari meteran listrik tidak sering terjadi dan sebanyak apapun aktivitas pemakaian air harian di rumah ,bisa tercukupi tanpa sering menghidupkan pompa air
Kesimpulannya:
Bukan frekwensi pemakaian airnya yang bikin biaya listrik tinggi akan tetapi banyaknya waktu yang dipakai untuk pemakaian air yang berpotensi menambah biaya listrik.
Bukan banyaknya siraman yang membuat bihun basah akan tetapi banyaknya (liter)air yang disiramkan yang membuat bihun menjadi basah.Hati hati menentukan “X” dalam scater.
Semoga bermanfaat.

kita bisa sharing di : www.kusdianto_tps@yahoo.co.id