Jumat, 08 Juni 2012

Langkah 2 GKM : Faktor Lingkungan Dalam Diagram Tulang Ikan ( fish Bone )


Hampir semua gugus masih kesulitan ketika harus menentukan factor penyebab dari kategori lingkungan.Yang terjadi selama ini cenderung mengisi penyebab lingkungan tanpa ada data pembuktian. Misalnya ; masalah yang akan diselesaikan adalah “afal mie tinggi” dari sisi lingkungan yang menyebabkan afal mie tinggi adalah “area kerja panas “ seolah olah ini merupakan pakem penyebab dari kategori lingkungan, dari GKM tahun 2006 sampai sekarang 2012 kategori lingkungan pada tulang ikan selalu “ area panas “…(tidak salah ) tapi apakah areanya benar benar panas ? suhunya berapa ? terus bagaimana kejadian di lapangannya sehingga area panas ini berpengaruh terhadap afal mie tinggi ?..kemudian siapa orangnya yang kepanasan di area kerja dan mengakibatkan timbul reject product ? Kita harus tahu kejadiannya sehingga area panas bukan “ dugaan saja / ngikuti pakem“ sebagai penyebab timbulnya reject  kalau memang terbukti “it’s ok “ . .( masalahnya factor lingkungan tidak hanya soal panas..).
Berikut sedikit materi tentang kategori lingkungan,semoga membuka wawasan kita semua agar tidak memandang lingkungan hanya dari panasnya area saja yang mungkin dari dulu panasnya area kerja ya sama seperti panas saat ini

            Lingkungan kerja dibagi menjadi 2 :
-          Lingkungan kerja fisik
-          Lingkungan kerja non fisik

Lingkungan kerja fisik :
-    Yaitu semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat di area tempat kerja yang dapat mempengaruhi kenerja dan dapat mengganggu misi perbaikan ( kepala ikan pada fishbone )
-          Lingkungan kerja fisik dibagi 2 kategori yaitu :

a.  Lingkungan yang langsung berhubungan dengan aktivitas pekerjaan misalnya : posisi kursi,posisi meja,posisi mesin, posisi peralatan dsb
b. Lingkungan umum yang mempengaruhi aktivitas pekerjaan ,misalnya : temperatur udara,kelembaban,pencahayaan,kebisingan,getaran mekanis,bau-bauan yang tak sedap ,warna,keamanan di tempat kerja  dsb
.
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap aktivitas kerja,maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperhatikan tingkah laku manusia di area kerja tersebut yang berpotensi menganggu misi perbaikan ( menurunkan reject ).
Contoh kasus temuan factor lingkungan di sebuah pabrik permen :
ilustrasi : Area Kerja Pengemasan Permen

Gugus menjumpai aktivitas karyawan yang duduk tidak nyaman (saling risih ) disebabkan masing masing karyawan saling beradu punggung saat memasukkan permen ke  sachet. Dimana keringat karyawan satu dengan keringat karyawan dibelakangnya bisa saling bersentuhan .Sehingga proses mengisi permen dalam sachet terganggu ( kecepatan isi ) karena selain karyawan harus memasukkan permen mereka juga memikirkan bagaimana punggung mereka tidak menempel ke punggung karyawan di belakangnya. Nah dari sini kita bisa lihat perilaku manusia yang tidak efisien dan setelah diamati  ada lingkungan fisik yang salah dari kejadian ini yaitu lay out kursi terlalu berdekatan karena memang area kerjanya sempit sehingga Menganggu aktivitas perbaikan yaitu pencapaian kapasitas. Maka Kesimpulan penyebabnya: area kerja untuk mengisi permen dalam  sachet  sempit (dibukti kan dengan rekaman video pengamatan kejadian )

Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi di tempat kerja yang berkaitan  dengan hubungan kerja baik dengan atasan,dengan bawahan apalagi dengan sesame rekan kerja.
Jika di area gugus memang mengalami hal ini yang mengakibatkan komunikasi terhambat sehingga mengganggu aktivitas pencapaian misi perbaikan maka bisa dipakai sebagai factor penyebab kategori lingkungan dalam diagram tulang ikan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang          optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, Keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1.       Penerangan/cahaya di tempat kerja
2.       Temperatur/suhu udara di tempat kerja
3.       Kelembaban di tempat kerja
4.       Sirkulasi udara di tempat kerja
5.       Kebisingan di tempat kerja
6.       Getaran mekanis di tempat kerja
7.       Bau tidak sedap ditempat kerja
8.       Tata warna di tempat kerja
9.       Dekorasi di tempat kerja
10.   Musik di tempat kerja
11.   Keamanan di tempat kerja
Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor tersebut dikaitkan dengan kemampuan manusia, yaitu :
1.  Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada skhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.
Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat yaitu :
·          Cahaya langsung
·         Cahaya setengah langsung
·         Cahaya tidak langsung
·         Cahaya setengah tidak langsung
2.  Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih  dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan dapat hidup.
3.      Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia  pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
4.      Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar dikatakan kotor  apabila kadar oksigen,  dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
5.      Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa menentuikan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
·         Lamanya kebisingan
·         Intensitas kebisingan
·         Frekwensi kebisingan
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
6.      Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun frekwensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
1.       Kosentrasi bekerja
2.       Datangnya kelelahan
3.       Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain,lain.
7.      Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
8.      Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia.
9.      Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja.
10.     Musik di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
11.     Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).
 (reff: Buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja; Prof.DR.Hj Sedarmayanti MPd,APU)

www.kusdianto_tps@yahoo.co.id